Bisakah Freelance Writer Menjadi Kaya Raya?

Selamat malam, teman-teman!

Hingga saat ini, terhitung kurang lebih sudah sekitar empat tahun sejak pertama kali saya nyemplung ke profesi ini. Perkenalan pertama saya dengan apa itu “freelance writer” bermula ketika seorang teman mengenalkan saya dengan salah satu platform pekerja lepas Indonesia di tahun 2017.

Sejujurnya, empat tahun adalah waktu yang lama. Banyak hal terjadi di antara tahun 2017 hingga saat ini. Tetapi, setiap kali saya renungkan, entah mengapa empat tahun berlalu sangat cepat. Rasa-rasanya baru kemarin saya mendaftar sebagai anggota Projects.co.id.

Eh, tapi siapa sangka, saya yang waktu itu masih hijau dan nggak tahu-menahu soal apa itu SEO, apa itu keyword research, dan berbagai macam tetek bengek seputar teknik kepenulisan lainnya, rupa-rupanya sekarang sudah menjelma menjadi freelance writer yang, boleh dibilang, cukup berpengalaman, ahem.

Aduh, maaf nggih, bukannya saya mau menyombongkan diri. Saya cuma terheran-heran saja dengan pertumbuhan saya sendiri. Dari yang tidak tahu menjadi tahu. Dari yang tahu mudah-mudahan bisa menjadi si pemberi tahu.

Berangkat dari pengalaman itu, hari ini saya kepingin membagikan sebuah tulisan yang erat kaitannya dengan apa yang sudah saya tekuni selama ini: Ya, menjadi freelance writer.

Judul yang dipilih mungkin terdengar bombastis, ya, tetapi saya kira pertanyaan ini agak-agaknya mewakili beberapa orang di luar sana yang masih maju-mundur terjun ke dalam bidang ini.

Bisakah freelance writer jadi kaya raya?

Hmmm, sebentar. Saya mau cek saldo di rekening saya dulu. Oh, segini toh jumlahnya. Jadi begini, teman-teman blogger dan calon penulis lepas sekalian yang saya hormati: Freelance writer sebetulnya juga [sebagian teks ini hilang].

Haha, bercanda, rek! Jawaban lengkapnya sudah saya sediakan di bawah. Monggo, dibaca sampai tuntas untuk memuaskan rasa penasaran kalian.

Tetapi sebelumnya, saya juga nggak luput membahas beberapa aspek lainnya yang sering ditanyakan juga oleh freelance writer baru, mulai dari job description penulis lepas, cara menjadi freelance writer, hingga gaji freelance writer.

Alright, without further ado, let’s check it out!

Apa yang dimaksud dengan freelance writer? Apa tugasnya?

Freelance writer itu apa?

Secara harfiah, freelance writer sendiri berarti “penulis lepas”. Dan, yang namanya penulis lepas, berarti penulis tersebut tidak terikat atau berafiliasi dengan perusahaan dan entitas manapun. Alhasil, sistem bekerjanya pun freelance, atau bebas.

Kebebasan ini meliputi buanyak aspek, contohnya lokasi bekerja, durasi bekerja, busana yang dikenakan saat bekerja, penentuan rate atau tarif tulisan, klien, dsb.

Walaupun kelihatannya menjadi freelance writer itu seru bin asyik (seru banget nggak tuh bisa kerja dari rumah sambil rebahan dan nyemil Cheetos?), tetapi fakta yang ada di lapangan nggak selalu sesuai dengan apa yang terlintas di bayangan orang-orang.

Seperti saya, misalnya, yang baru-baru ini mulai menyadari pentingnya sesekali untuk terkoneksi dengan dunia luar alias berhenti-mengunci-diri-di-dalam-kamar-sepuluh-jam-per-hari-ris. Gampang lelah meskipun terus-menerus stay indoor dan nggak melakukan aktivitas berat hanya salah satu contoh dari cons of being a freelance writer.

Ya, lelah secara emosional rupanya berpengaruh fatal terhadap kesehatan tubuh. Pun, perasaan semacam itu datangnya dari berbagai situasi. Terkadang, ini dipicu oleh faktor eksternal seperti pemasukan yang berkurang, klien yang rewel gara-gara alasan yang kurang masuk akal, dan gangguan-gangguan kecil dari orang-orang sekitar.

Di lain hari, emosi itu justru disebabkan oleh sesuatu yang datangnya dari diri kita sendiri, seperti minder membandingkan kemampuan sendiri dengan freelance writer lain.

Wah, kalau diminta merunutkan suka duka selama jadi freelance writer, bisa-bisa tulisan ini ngalor ngidul nggak karuan!

Jadi, ada baiknya kita kembali ke laptop. Eh, salah, maksud saya kembali ke topik utama!

Singkat kata, freelance writing bukan pekerjaan yang mudah. Dan, sama seperti profesi-profesi lainnya di luar sana, freelance writer juga memiliki tantangan-tantangan tersendiri yang kudu dihadapi.

Lalu, apa saja tugas freelance writer?

Yang pasti, pekerjaan utama freelance writer nggak jauh-jauh dari menulis, menulis, dan menulis. Yang ditulis bisa bermacam-macam, lo! Ada artikel blog/website, copy, iklan, technical text, research, naskah video, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Semua itu bergantung pada kemampuan menulis dari masing-masing freelance writer. Kalau saya, sih, lebih fokus menyusun artikel-artikel SEO untuk blog dan website. Ada yang mengatakan lebih bagus andai penulis mampu menguasai bermacam-macam jenis teks, tetapi kalau prinsip saya sendiri justru lebih menekankan pada expertise.

Bagaimana cara menjadi freelance writer?

Ada berbagai jalan yang bisa kalian tempuh untuk menjadi freelance writer. Tetapi, berdasarkan pengalaman pribadi, ada dua cara menjadi freelance writer yang telah saya coba secara langsung.

Pertama, yaitu dengan mendaftar platform kerja lepas, seperti Sribulancer, Projects.co.id, Fastwork.id, dll. Seperti yang saya ceritakan di awal tadi, saya sendiri menerima usulan dari teman untuk mencoba mencari peruntungan lewat Projects.co.id.

Dari sana, saya mendapatkan klien saya untuk pertama kalinya. Saya dipercaya menjadi content writer untuk KlubWanita.com. Tulisan-tulisan saya masih bisa dibaca di sini (mon maap karena waktu itu masih newbie banget skill penulisannya pun biasa-biasa saja, haha).

Setelah dua tahun mengisi website tersebut, saya beralih ke beberapa website lainnya. Sayangnya, saya lupa, apa saja situs web tersebut. Sialnya lagi, ketika saya coba mengingat-ingat, pikiran saya mandek. Mau cek file yang pernah dikerjakan juga mustahil lantaran semuanya tersimpan di laptop lama yang menolak dinyalakan, huhu.

Tetapi, kalau nggak salah (yang mana berarti benar), saya pernah menulis untuk website pendidikan dan kesehatan. Lagi-lagi, itu karena saya berhasil memenangkan proyek di Projects.co.id.

Kalau dilihat-lihat, agaknya saya cukup sering dipilih oleh para owner (baca: julukan untuk klien/pemilik proyek di Projects.co.id) ketimbang freelance writer lainnya. Hemat saya sendiri, selain karena pitching yang lumayan meyakinkan, itu juga barangkali merupakan rezeki saya (alhamdulillah).

Jika sempat, bakal saya bahas cara-cara memenangkan proyek di platform tersebut di kesempatan lain.

Oh ya, selain dengan mendaftar untuk platform seperti yang telah saya sebutkan di atas, cara lainnya menjadi freelance writer yakni dengan bergabung ke agensi kepenulisan.

Saya sendiri saat ini merupakan anggota aktif dari Saung Writer. Berbeda dengan cara pertama, di mana freelance writer kudu menawarkan jasanya secara mandiri, di agensi-agensi yang mewadahi freelance writer seperti ini kalian usah repot-repot mencari klien. Artinya, agensilah yang akan membawa klien kepada kalian.

Nanti, tim akan mengumumkan jenis artikel yang harus dikerjakan. Asyiknya, penulis berhak memilih untuk mengambil job tersebut atau tidak. Walaupun begitu, masing-masing agensi tetap mempunyai peraturan tentang jumlah minimal kata/tulisan yang mesti diselesaikan dalam jangka waktu tertentu. Ini gunanya untuk memastikan supaya hanya penulis-penulis produktif yang stay.

Berbekal skill ubek-ubek Google, tempo hari saya menemukan dua agensi lainnya yang juga senantiasa aktif melakukan perekrutan penulis lepas baru, yaitu CAKRAWRITER dan Raja Tulis.

Sama halnya seperti melamar pekerjaan lain pada umumnya, untuk bergabung dengan agensi-agensi semacam ini, kalian juga harus mengirimkan CV dan portfolio kalian. Dua dokumen ini akan jadi bahan pertimbangan agensi-agensi tersebut untuk menentukan level kemahiran kalian.

Sebut saja nih, di Saung Writer sendiri penulis lepas diklasifikasikan ke dua level: premium dan advanced. Di agensi lain penyebutannya berbeda, tetapi maksud dan tujuannya sama.

Yang mana yang lebih enak dari kedua cara tersebut?

Sejujurnya, masing-masing cara punya poin plus dan minus-nya sendiri-sendiri.

Misalnya, tanpa afiliasi dengan agensi mana pun, freelance writer akan cukup kelabakan dalam mempromosikan jasanya. Tetapi, jika kalian prefer untuk betul-betul bekerja sendiri, bergabung dengan agensi mungkin bukan cara yang disarankan buat kalian.

Jadi, kalau boleh menyimpulkan, ini kembali lagi ke gaya bekerja masing-masing.

Berapa bayaran untuk freelance writer?

Wah, akhirnya kita tiba juga di bagian yang paling membikin banyak orang penasaran: Berapa, sih, gaji freelance writer?

In fact, bayaran untuk freelance writer itu nggak sama antara penulis satu dengan penulis lainnya. Lo, apa yang membedakan? Berkaca dari pengamatan saya, faktor-faktor yang membedakan besaran rate antar freelance writer yaitu pengalaman, kemahiran bahasa, keahlian menulis, dan bidang spesialiasi yang dipunya.

Dan, saya rasa, hal-hal inilah yang menjadi dasar dalam pengelompokan freelancer writer dalam agensi.

Makin tinggi levelnya, maka:

  • Jam terbangnya makin tinggi,
  • Kemahiran bahasanya lebih dari satu (e.g. lancar berbahasa Inggris dan Mandarin),
  • Cara penulisannya makin luwes dan natural, ilmu SEO-nya makin banyak, dan
  • Ada mastery bidang tertentu (e.g. lulusan engineering atau kedokteran).

Otomatis, rate-nya semakin tinggi pula!

Penulis lepas newbie sebaiknya nggak mengharapkan komisi yang terlalu tinggi semisal belum ada history pernah bekerja sama untuk brand, website, atau blog tertentu. Tetapi, bukan berarti kalian dengan gampangnya boleh menurunkan harga. Ngawur! Itu namanya kalian berbuat zalim terhadap kesejahteraan diri sendiri.

Sayangnya, culture di Indonesia kurang mengapresiasi keberadaan pekerja lepas. Jadi, jangan terheran-heran kalau komisi yang ditawarkan calon klien pertama kalian jauh dari angan-angan! Bahkan, ada yang betul-betul tega menawar dengan sadis. Padahal, fee yang diberikan terbilang murah (sangat murah, malah).

Tiap mengingat kejadian-kejadian di masa lampau yang melibatkan klien-klien yang doyan berbuat seperti ini selalu membuat saya geleng-geleng kepala. Tetapi yo wis, mudah-mudahan ke depannya ada semakin banyak freelance writer yang menolak menormalisasikan hal-hal semacam ini!

Sebagai referensi, nyoh saya bagikan komisi penulis lepas di CAKRAWRITER dan Raja Tulis (sumber di ambil dari sini dan sini).


Fee Penulis Lepas CAKRAWRITER


Fee Penulis Lepas Raja Tulis


Misalnya, kalian berkomitmen sanggup bekerja lima hari dalam seminggu, dengan total lima tulisan 700 kata per hari.

Dalam sebulan, pendapatan kalian berkisar antara Rp875.000,00 sampai Rp1.000.000,00 (tulisan berbahasa Indonesia) atau Rp1.225.000,00 sampai Rp1.600.000,00 (tulisan berbahasa Inggris) menurut standar kedua agensi tersebut.

Jika kalian tinggal di kota-kota besar, perkiraan nominal itu barangkali kurang bisa mencukupi kebutuhan hidup kalian. Eh, nggak ding, bahkan buat mereka-mereka yang tinggal di countryside pun mungkin ngerasa jumlahnya terlalu kecil demi menghidupi diri sendiri.

Tetapi, perlu diingat bahwa nggak semua orang menjadikan pekerjaan ini sebagai profesi utamanya. Alias, banyak yang iseng-iseng memulai bekerja sebagai freelance writer untuk sekadar menambah pemasukan per bulannya.

Dengan kata lain, silakan ditimbang-timbang sendiri apakah uang sebesar Rp1.600.000,00 termasuk gaji sampingan yang menggiurkan atau nggak. Tetapi sekali lagi, ini cuma ilustrasi. Komisi yang disediakan oleh agensi atau institusi atau perusahaan atau organisasi atau blogger  atau pemilik website lain boleh jadi berbeda.

Bisakah freelance writer jadi kaya raya?

Susah memungkiri bahwasanya kebanyakan dari kita menyukai uang.

Hold on, that sounds a little bit off…

Alright, let me put it in another word: Susah memungkiri bahwasanya kita memang memerlukan uang untuk bertahan hidup.

Bagaimanapun juga, uang adalah alat tukar yang dipergunakan secara luas di masa ini (kecuali ini tahun 600 Masehi dan sistem barter merupakan satu-satunya cara kita bisa memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan). Alhasil, in my opinion, bukan hal aneh semisal A atau B berkata mereka mengidam-idamkan penghasilan yang lebih besar (terlepas dari apapun pemicunya).

Dan, dalam upaya untuk mewujudkan cita-cita tersebut, bekerja menjadi cara yang mesti ditempuh (kecuali kalian tergoda mencoba metode-metode unconventional seperti pesugihan dsb). Memiliki lebih dari satu pekerjaan tentu akan menguntungkan, sebab dari bermacam-macam pekerjaan yang dipunya, muncul bermacam-macam stream of income pula.

Menjadi freelance writer di waktu senggang adalah salah satu contoh pekerjaan sampingan yang layak dicoba jika kalian sedang membutuhkan sumber penghasilan kedua selain apapun profesi yang tengah kalian geluti sekarang.

Pasalnya, dengan sistem bekerja yang fleksibel dan jangka waktu yang tidak lama, boleh dibilang freelance writing is a source of quick money. Namun, ini tetap bergantung dengan kondisi pasar, sebab freelance writing sendiri tergolong ragam pekerjaan yang sangat bertumpu pada permintaan.

Artinya, ada masa-masa ketika freelance writer akan mengalami yang namanya “sepi job” karena minimnya demand di pasar, namun ada juga masa-masa saat ia benar-benar kewalahan menuntaskan proyek dari lima klien yang berbeda, contohnya.

Sebetulnya, dengan nominal gaji yang fluktuatif setiap waktunya, saya bisa memahami mengapa beberapa orang enggan melirik gig ini. Mungkin, mereka khawatir, kalau-kalau komisi yang diterima dalam satu bulan kurang mencukupi untuk membeli kebutuhan pokok dan membayar tagihan-tagihan yang masuk.

Sejujurnya, terkadang saya juga sering mempertanyakan hal yang sama. Just why am still I doing this meskipun saya mengetahui fakta tersebut?

Tetapi kemudian saya seolah-olah menerima pencerahan.

Mungkin inilah mengapa sebaiknya para freelance writer mempertimbangkan masak-masak sebelum melakoni profesi ini secara purnawaktu. Lebih-lebih lagi apabila mereka belum menemukan anchor client (penjelasan mengenai apa itu “anchor client” bisa dibaca di sini).

Trust me, everything will become easier once you have two or three solid anchor clients.

Jadi, andai mesti menjawab pertanyaan “bisakah freelance writer menjadi kaya raya” dengan jawaban singkat, maka saya bakal bilang “ya, bisa” dengan yakin.

Tetapi, saya setuju dengan pernyataan Kak Siti Aisyah Ayya Az Zahir:

Sebelum kita membahas dari sumber pendapatan seorang freelance writer, ada baiknya kita samakan persepsi bahwa menjadi penulis online itu bukan sebuah pekerjaan instan untuk dapat uang banyak. Terutama buat para pemula. Gak bisa langsung kaya raya gitu aja. Perjalanannya sangat panjang, butuh waktu bertahun-tahun…

This, this one right here, is so true.

Bahkan, kalau saya kudu bicara blak-blakan, saya saja masih seringkali kepayahan mencari anchor client (eh, tapi jika ada yang berminat untuk hire saya, bolehlah kita ngobrol-ngobrol cantik lewat email, hehe).

All in all, yes, menjadi penulis lepas bisa menjadi alternatif bagi siapa-siapa saja yang kepingin punya uang segera, but no, menjadi penulis lepas bukan alternatif yang tepat bagi siapa-siapa saja yang kepingin kaya dengan segera.

Lo?

Baca lagi kutipan di atas, deh.

Is it ‘worth-it’ being a freelance writer?

So, is it ‘worth-it’ being a freelance writer? Saya sengaja menjadikan ini sebagai pertanyaan terbuka. Monggo, monggo, saya undang teman-teman untuk berbagi pendapat kalian terutama setelah membaca ocehan panjang saya di atas: baik teman-teman yang sudah dan sedang menggeluti profesi ini maupun kalian yang masih menimbang-nimbang untuk maju atau mundur.

Apa jawaban kalian? “Ya” atau “tidak”?

 

"Bisakah Freelance Writer Menjadi Kaya Raya?" – Sidoarjo, 4 Mei 2021

Ristra Russilahiba

Postingan terkait:

17 Tanggapan untuk "Bisakah Freelance Writer Menjadi Kaya Raya?"

  1. Tulisann ini wow.. 😁😁 aku sii Yeeeesssss
    Menurut saya setiap kerjaan pasti ada pro dan consnya. Youtuber aja juga pasti ada pro dan consnya. Tinggal dari kitanya yg bagaimana.. menikmati prosesnya atau nggk.. soalnya orang2 tuh kaya lebih cenderung fokus sama hasil.. Liat orang sukses main Bitcoin semisal, pada ikut2an tanpa belajar terus tau2 rugi.. hehe

    Kalau saya, worth2 aja sih Mba kerja sebagai Freelance Writer.. kalau sudah hobby mah kita bakalan enjoy ngerjainnya.. tapi emng rate penulis di Indonesia tuh minim ya.. nggak kaya di LN. Tapi nggk tau juga. Secara standar ekonomi negara kita tentu berbeda sama negara lain.

    Btw, Mba template yg mba pakai ini. Semisal saya buka via hape. Itu kolom komentarnya tertutup gtu.. jadi harus pakai Komputer atau tablet baru muncul. Saya kurang tau, ini hape saya atau apanya.. hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, 100 buat Bayu! 😁 Aduh, kalau modelnya begitu sih, mungkin motto hidupnya "belajar dari pengalaman", ya? 😅 Padahal persiapan yang mateng juga termasuk bagian penting yang nggak boleh kelewat. Yaaah, gimana-gimana 'kan lebih baik mencegah daripada mengobati. Dan menurut saya kerja freelance juga begitu. Eh, salah ding, seperti kata Bayu, kerja apapun semestinya begitu! Kenapa? Biar nggak berasa beli kucing dalam karung! 🙈

      Iya, Bay. Bisa jadi karena standar hidupnya beda, bisa jadi juga karena kulturnya. Tapi bukan berarti klien-klien yang 'ngerti' itu nggak ada, ya. Adaaa, tapi mungkin jumlahnya nggak sebanyak yang ... Ah, sudahlah. 😅

      Itu gara-gara saya berhenti adjustment di tengah jalan, makanya nggak karuan begitu deh! Sekarang balik lagi ke template lama, hahahaha, tapi makasih buat masukannya, ya! 😆

      Delete
  2. Nice info Mbak! Jadi pengen nyoba nih buat jadi freelance writer

    ReplyDelete
    Replies
    1. Silakan dicoba, Mbak Ihat! Cocoklah buat yang hobinya menulis macam Mbak Ihat. Barangkali kalau tertarik bergabung di Saung Writer boleh tanya-tanya lebih lanjut lewat email saya, hahaha (fret not, this isn't a marketing pitch!).

      Delete
  3. Rate-nya lumayan juga ya jadi freelance writer, lumayan menyedihkan maksudnya.😄

    Memang sebaiknya penulis lepas itu dijadikan pekerjaan sampingan jangan pekerjaan utama karena fee nya yang rasanya untuk hidup di desa pun masih kurang. Tapi dengan semakin banyak jam terbang dan makin bagus tulisannya maka makin besar bayarannya. Tapi kalo menulis tiap hari sepertinya aku belum sanggup sih, masih menulis suka suka saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, yaaah, begitulah keadaannya sekarang, Mas Agus. Tapi dengar-dengar ada yang penghasilannya lumayan oke dengan menjadi full-time freelance writer, kok. Tapi ya balik lagi deh, kualitasnya harus bener-bener bintang lima. 😅

      Delete
    2. Betul, apalagi kalo jadi penulis di situs yang berani bayar mahal. Seperti mojok.co kalo tayang bisa dapat 300 ribu tapi memang susah karena harus berkualitas.

      Tapi ada juga mojok terminal yang tidak terlalu susah, cuma 20 ribu per artikel, kalo sudah 10 artikel duitnya baru cair. Tapi tetap diseleksi biarpun tidak seketat mojok.co.

      Selain mojok juga ada kumparan, idn time dll, kalo semua kirim tulisan lumayan dan tayang dapat gaji UMR Jakarta.😄

      Delete
    3. Saya pernah baca sharing-nya salah satu penulis di Mojok Terminal, dan itu seleksinya bener-bener ketat, Mas. Saya sendiri sih belum pede kalau mau terjun ke sana, hahahaha, tapi itu sebenernya bisa jadi ajang penentuan kualitas diri sebagai penulis, sih. 'Kan lumayan tuh, kita jadi dapet feedback dari editornya, terus jadi tahu lebih deh tentang tulisan kita sendiri.

      Hmmm, dapat gaji UMR Jakarta tapi tinggalnya di kota kecil, itu sih lebih dari lumayan namanya. 😄 Mas Agus udah pernah cobain ngirim artikel ke platform2 nulis gitu belum?

      Delete
    4. Iya, kalo gaji Jakarta tapi hidupnya di Yogyakarta memang enak, yang nyesek kalo gaji Yogyakarta tapi hidupnya di Korea.😁

      Belum pernah sekalipun ngirim, entah kenapa sudah ciut duluan 😂

      Delete
  4. Bisakah freelance writer menjadi kaya raya? Sama saja dengan bertanya bisakah seorang pemulung menjadi kaya raya?

    Jawabnya,ya mungkin saja. Apa sih yang tidak mungkin di dunia ini, selain manusia makan kepalanya sendiri?

    Dunia penuh dengan berbagai kemungkinan, tetapi manusia terkadang memutuskan untuk mempersempitnya dengan berbagai alasan.

    Faktanya, banyak pemulung yang kemudian berubah menjadi pengepul dan menjadi kaya raya karenanya.

    Bukan profesinya yang bisa menjadikan seseorang kaya raya, tetapi manusianya yang memutuskan apakah ia mau menjadi kaya, atau ia sudah cukup puasa menerima recehan dan menjadi orang miskin..

    :-D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha, ini sebetulnya cuma memberikan gambaran singkat saja, Pak Anton. Tapi, betul juga yang Pak Anton bilang, "It always seems impossible until it's done."

      Delete
  5. Temenku juga pernah nanya pertanyaan yang sejenis, dia tanya : emang bayarannya setimpal sama capeknya?
    kata dia gegara liat aku gadang terus haha...tapi menurutku sih oke-oke aja dia nanya gitu, mungkin krna sebagian orang belum pernah nyoba ngejadiin hobi sebagai kerjaannya jd nanya gitu XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bagi mereka yang bisa menghasilkan cuan dari hobi, sih, pasti seneng banget, ya 😆

      Delete
  6. Weleh2. Beberapa waktu ini saya sedang cari job seperti ini kak Ristra. Kebetulan sekali kok kemarin kk pas komen di blog saya. Eh, saat ini sedang cari2 informai yang bisa jadi cuang buat freelance, aku klik nama kak Ristra di blog komen saya kok baru liat dari atas sudah seneng dulu liat tulisan kk (liat dari judul), saya scrool kebawah akhirnya nemu juga info ini yang selama ini saya cari.

    Yah, awalnya saya hanya tau beberapa situs aja yang semisal itu, sudah pernah dapat tapi belum bisa ditarik ga ada orderan backlink lagi. Minimal WD nya lumayan gede. Dan kebetulan kemarin saya baru aja nulis artikel yang udah aku publikasikan tentang TOMTOMID Membuka Kerjasama Berupa Backlink. Mungkin ada yang mau baca saya persilakan. Hehehe Kalau jadi freelance memang harus jeli sekali dan mau mencari informasi yang bermanfaat seperti ini.

    Makasih banget kak Ristra, informatif sekali, makasih, makasih.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sama-sama Mas Tom, senang bisa membantu. Mudah-mudahan program kerjasama berupa backlink dari TOMTOMID laris-manis. 🙏

      Delete
    2. Aamiin kak. Makasih :) :) :)

      Delete
  7. Kalau saya sih lebih ke - tiban - rejeki Mb
    suka ngeblog dari lama , namun karena satu dan sebagainya terpaksa hanya suka baca status dan postingan mereka yang telah sukses duluan di dunia digital ini.

    Alhamdulillahnya , dalam bekerja saya satu motto yang tak pakai sampai sekarang, "ojo milih-milih kerjo, ngko ndak dipilih kerjoan" (jangan pilih-ilih kerjaan, jika begitu nanti akan dipilih sama kerjaan). Berbekal itu saya selalu berprinsip lakukan apapun selama saya mampu, baik itu kerjaan saya maupun membatu temen yang membutuhkan bantuan.

    Akhirnya Tuhan menitipkan saya di kerjaan yang tak dambakan sejak dulu, jadi blogger, yeyyyy.
    Saya dipertemukan dengan master yang mengajak saya gabung sebagai timnya.
    Bermula dari itu, belajar ini itu, handle web ini itu, belajar promo ke klien A B, hingga sekarang malah kebingungan cari penulis untuk isi web kami dan klien.
    Tsumma Alhamdulillah.

    Terima kasih atas tulisannya yang menginspirasi kita semua yang kerja digital ya Mb.

    Terus Semangat dan baiknya setiap pekerja digital belajar juga mengelola keuangannnya agar tidak bingung dengan tanggalan, hehehe

    keep spirit up n stay positif.my.id

    ReplyDelete