Kendala yang Dialami Guru dalam Mengajar Bahasa Inggris: Bagian Satu

Selamat pagi, teman-teman!

Seperti yang pernah saya tulis di postingan ini, teman-teman tentulah tahu bahwa saya pernah bekerja paruh waktu sebagai guru les privat bahasa Inggris semasa kuliah.

Sebenarnya, jauh sebelum itu, tepatnya di semester 5, saya pernah menjalani Program Kuliah Lapangan (PKL) sebagai salah satu persyaratan untuk menuntaskan mata kuliah Teaching English as a Foreign Language (TEFL).

Dari pengalaman singkat mengajar di SMA selama dua minggu itu, kekaguman dan hormat saya terhadap para guru bertambah.

Gimana nggak, nih, saya kasih tahu, ya: Mengajar itu sulit!

Jadi, lain kali kalau ada orang yang dengan entengnya menganggap pekerjaan yang satu ini adalah perkara pengabdian semata, sodorin tulisan ini ke mukanya!

Siapa bilang mengajar itu gampang? 😩

Kalau betul demikian, lalu mengapa tidak semua orang berbondong-bondong kepengin menjadi guru?

Pun, meski bukan pekerjaan yang mudah, sayangnya, masih saja ada pendidik-pendidik luar biasa yang berstatus honorer.

Aih, miris betul rasanya mengetahui kenyataan ini! Tantangan yang dihadapi tidak sedikit, namun kompensasinya minim. Duh, Gusti, sungguh-sungguh memprihatinkan!

Mudah-mudahan, ke depannya, sistem-sistem semacam ini ditiadakan demi kesejahteraan para guru.

Sebenarnya, apa yang bikin sulit? Bukannya mengajar itu cuma terbatas pada menerangkan apa-apa yang tertulis di buku kepada para siswa?

Lebih-lebih lagi, bukannya para siswa zaman now yang rata-rata termasuk generasi Z piawai berbahasa Inggris?

Nah, dengan begitu, seharusnya beban para guru menjadi lebih ringan, bukan?

If only you know, sederet tantangan ini senantiasa menghadang para guru ketika mengajar bahasa Inggris, sesuai pengalaman saya yang pernah mencicipi profesi ini walau dalam periode yang singkat.

Catatan: Dikarenakan jumlah kata yang melenceng dari perkiraan awal, postingan ini akan dibagi menjadi beberapa bagian. 

4 Kendala dalam Mengajar Bahasa Inggris

1. Rendahnya Motivasi Belajar Siswa

Semasa perkenalan, saya merasakan adanya antusiasme yang tinggi dari para siswa.

Mereka tampak riang begitu mengetahui bahwa untuk beberapa saat mereka akan dibimbing oleh kakak-kakak mahasiswa.

Sayangnya, begitu sesi perkenalan dan ice breaking berakhir, antusiasme itu meredup, lantaran intermezzo itu usai.

Barangkali mereka penat karena mesti belajar seharian penuh.

Lebih-lebih lagi, jadwal untuk mata pelajaran ini dimulai pada jam ke-7, atau sekitar pukul setengah satu siang.

Tentu, otak mereka sudah dijejali dengan segudang informasi baru yang mereka peroleh dari beberapa mata pelajaran sebelumnya.

Alhasil, rasa malas itu nggak terhindarkan.

Dan, bisa-bisa otak mereka meledak dan mengeluarkan asap berbau tidak sedap jika dipaksa memuat lebih banyak informasi!

Karena dulu saya juga pernah jadi anak sekolahan, saya bisa memaklumi perasaan mereka. 😹

Tapi, meskipun video-video menarik telah disetel, lagu-lagu asik diperdengarkan, dan games seru diselenggarakan, rasa-rasanya mendongkrak semangat belajar mereka seperti menghilang manau.

Ya, sukaaar banget.

Ada yang dengan terang-terangan menolak ketika diminta untuk berpendapat, ada pula yang tanpa malu lebih memilih untuk menyambangi toilet dan kembali lima menit sebelum bel tanda pergantian mata pelajaran berbunyi. 💀

Secara pribadi, saya suka belajar bahasa. Malahan, bagi saya, mata pelajaran ini lebih menyenangkan ketimbang yang lain-lainnya.

Namun, sungguhlah tidak bijak semisal saya menjadikan preferensi pribadi sebagai standar untuk menilai orang lain.

Sayangnya, setelah dua minggu terlewati, dan PKL pun selesai, saya masih belum mendapat jawaban atas keheranan saya: Apa, sih, alasan mereka kurang menyukai pelajaran Bahasa Inggris?

Barulah misteri itu terungkap ketika saya menjadikan pertanyaan itu sebagai judul skripsi saya.

Penyebab-Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar Siswa

Dari berbagai referensi yang berhasil saya kumpulkan, inilah kira-kira penyebab siswa cenderung enggan belajar bahasa Inggris:

  • Metode pengajaran yang membosankan
  • Sikap negatif terhadap bahasa Inggris
  • Tingkat kepercayaan diri siswa yang rendah
  • Emosi guru yang tidak terkontrol
  • Ketidakcakapan guru untuk mengendalikan situasi di dalam kelas
  • Anggapan siswa bahwa guru sebetulnya tidak terkualifikasi untuk membawakan mata pelajaran tersebut
  • Perbedaan aspek bahasa antara bahasa Inggris dengan bahasa ibu siswa
  • Penggunaan bahan ajar yang kurang menarik
  • Jumlah siswa dalam satu kelas yang di luar kemampuan pengelolaan guru
  • Anggapan siswa bahwa bahasa Inggris bukanlah mata pelajaran penting
  • Keterampilan berbahasa siswa yang rendah

Wah, ternyata penyebabnya banyak juga, ya?

Kalau disimpulkan, faktor-faktor demotivasi ini bisa dikelompokkan menjadi dua: yang asalnya dari dalam (intrinsik) dan dari luar diri siswa (eksternal).

Padahal, bicara soal motivasi, ini aspek terpenting dalam belajar bahasa Inggris.

Bahkan, ada pakar yang menegaskan kalau motivasi merupakan elemen penentu keberhasilan siswa dalam menguasai bahasa asing.

Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa

Lantas, bagaimana cara menangani segudang faktor demotivasi di atas?

Hemat saya, untuk demotivasi eksternal, guru sebaiknya menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan siswa.

Misalnya, berkenaan dengan anggapan siswa bahwa guru sebetulnya tidak terkualifikasi untuk membawakan mata pelajaran tersebut, maka guru semestinya melakukan skill upgrading.

Yang perlu belajar bukan cuma murid, tetapi guru juga, lo. Sebab, bagaimanapun juga, smarter teachers make smarter students.

Manfaatkan waktu luang untuk mengulas kembali materi-materi yang hendak diajarkan.

Perhalus pronunciation-nya, terutama bagi yang selama ini masih terseok-seok melafalkan bunyi-bunyi tertentu.

Terapkan metode pengajaran yang fun dan komunikatif. Ajak siswa untuk terlibat langsung dalam kegiatan belajar mengajar.

Lalu, kesampingkan sejenak perasaan-perasaan pribadi ketika mengajar.

What happens outside the class, stays outside the class.

Jangan lampiaskan kemarahan yang seharusnya ditujukan pada pasangan/suami/rekan kerja kepada anak didik. Itu sama sekali enggak profesional.

Selanjutnya, bagaimana cara meningkatkan motivasi intrinsik siswa?

Sebetulnya, ada banyak cara yang bisa guru aplikasikan untuk mengatasi permasalahan yang satu ini.

Namun, apapun itu, hindari memberikan hukuman.

Sebagai anak yang tumbuh besar dengan menerima omelan dan cubitan dari Bapak tiap kali saya membuat kesalahan saat belajar, sikap saya terhadap mata pelajaran tertentu amat negatif (Matematika, khususnya, buat yang penasaran). 😵

Bukannya tergugah keinginan saya untuk jadi lebih baik, yang muncul justru perasaan gondok dan kesal.

Mengamati guru-guru saya semasa SMA, rupanya beberapa guru masih menjadikan punishment sebagai senjata andalan mereka untuk mengoreksi kesalahan murid (saya harap tren di masa sekarang berbeda dari sembilan tahun lalu, ya).

Malahan, pernah suatu waktu, teman sekelas saya kudu menerima ceramah panjang gara-gara jawaban yang keliru, yang mana ini, sih, malu-maluin banget!

Kalau memang sang anak dirasa perlu mendapat teguran, mbok yo dilakukan di jam dan ruangan yang terpisah. 😿

Ketika dihukum, siswa justru cenderung merasa seolah-olah tengah dipermalukan.

Walau kedengarannya agak berlebihan, tapi betul adanya jika pada satu titik hukuman itu juga menjatuhkan harga diri mereka, lo.

Jadi, saya setuju jika penerapan hukuman sebagai bagian dari pembelajaran semestinya dihilangkan sama sekali, baik itu di rumah maupun di sekolah, demi memperbaiki sikap bahasa siswa sekaligus mendorongnya untuk belajar.

Lalu, apa alternatifnya?

Memberikan feedback yang membangun dan mempertimbangkan minat siswa serta mencantumkannya ke dalam materi ajar, adalah dua contoh yang bisa saya berikan.

Ini karena keduanya terus-menerus saya praktikkan ketika saya mengajar les privat, dan saya mendapati adanya efek yang positif dalam peningkatan motivasi belajar murid saya.

Kutipan di bawah ini saya rasa pantas untuk mengakhiri tulisan kali ini.

"To conclude, no matter what the underlying motivation to study a second language, what cannot be disputed is the fact that motivation is an important variable when examining successful second language acquisition. It should be realized that making learners recognize a real need to accomplish learning goals and providing them with the motivation to learn is one of the best steps we can take to facilitate learning success." - Sulaiman Hasan H. Qashoa

Andai teman-teman menjadi guru bahasa Inggris, kira-kira cara apa yang akan kalian pakai untuk mendongkrak gairah belajar siswa?

Apa teman-teman setuju dengan penggunaan punishment sebagai salah satu cara untuk meningkatkan motivasi belajar siswa?

Let me hear your opinions.

 

“Kendala yang Dialami Guru dalam Mengajar Bahasa Inggris: Bagian Satu” – Sidoarjo, 8 Juli 2021

Ristra Russilahiba

Postingan terkait:

8 Tanggapan untuk "Kendala yang Dialami Guru dalam Mengajar Bahasa Inggris: Bagian Satu"

  1. Terima kasih telah berbagi ilmu, Mbak. selamat sore

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat pagi dari Indonesia, terima kasih juga sudah mampir ke blog saya 😃

      Delete
  2. Jadi tertampar, saya dong pengen banget kursus bahasa Inggris, sayangnya banyak alasan banget nih hahaha.
    Sampai berpikir mau beli modul pembelajaran yang mihil itu loh, jadi dengan gitu saya jadi merasa rugi kalau enggak dipelajari.

    Kalau yang alasan utama, kadang malas, karena belajar bahasa Inggris, ga ada lawan bicaranya, lama-lama kan hilang kalau enggak digunakan :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hihihihi, saya pernah beli buku mehong banget biar dapet nilai ELPT bagus. Awalnya aja belajar dengan semangat juang '45, tapi begitu tes selesei bukunya malah nggak kepake sama sekali 😅

      Oh, mungkin Mba Rey tipenya yang butuh teman buat belajar kali, ya? Saya soalnya juga ngerasa males gitu kalo saya belajar sendirian, entah kenapa jadi ogah-ogahan 😋 Nah, betul banget, Mba Rey. 'Kan sayang kalo lama-kelamaan ilmunya hilang 🙈

      Delete
  3. Bukan hanya belajar bahasa sih Mba, semua pelajaran perlu motivasi, hehe. Nah, salah satu pemateri dalam bimtek yang pernah saya ikuti mengatakan bahwa guru yang hebat adalah guru yang bisa membuat siswanya untuk terus semangat untuk belajar.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Mba, motivasi itu perlu kalau mau maju! Wah, saya setuju banget, tuh. Sayangnya, semua orang belum tentu bisa jadi guru yang hebat seperti yang pemateri Mba katakan (dan barangkali termasuk saya, hahaha).

      Delete
  4. Banyak juga penyebab siswa kurang suka pelajaran bahasa Inggris, tapi kayaknya siswa tidak ada yang menganggap kalo gurunya itu kurang kualifikasi untuk mengajar bahasa Inggris, kecuali kalo siswanya bule.😂

    Selain bahasa Inggris, sebenarnya hampir semua pelajaran juga perlu di motivasi agar semangat belajar, terutama matematika, baru lihat pelajaran nya saja aku sudah pusing.😂

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ada, lo, Mas, mungkin belom ketemu aja yang model begitu. 😅

      Sama, dong! Saya juga kurang suka sama pelajaran itu. 😖

      Delete